BAB 3
PENGALAMAN PERPISAHAN DENGAN SAHABAT DI SEKOLAH
Pagi ini aku bangun seperti hari-hari biasanya , cuaca cukup mendung
dan angin terasa sejuk. Aku rasa belum siap, secara mental dan juga secara
emosional, untuk mengakhiri tahun ajaran yang paling berkesan dalam masa-masa
SMPku. Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah, mengesankan, dan
sulit dilupakan. Tapi, aku kira masa SMP juga tidak beda jauh.
Tahun ini berlalu begitu cepat.
Tidak terasa, aku melewati berbagai rintangan, berbagai acara, berbagai
pelajaran, juga berbagai masa suka dan duka. Dalam usiaku yang ke 14, aku lebih
mengerti apa gunanya keluarga dan teman, bagaimana rasanya jatuh cinta dan
sakit hati, bagaimana rasanya mencintai sahabat sendiri…
Tidak jauh dari pergaulan, pertengkaran, dan
percintaan. Tapi, bagaimana jika aku belum siap? Jika aku belum siap untuk
berpisah dengan teman dan sahabatku?
Aku tiba di sekolah pukul 7 kurang 20 menit.
Lalu aku merasa hal yang berbeda.Lalu, aku mulai bertemu dengan teman-temanku.
Untuk yang pertama kalinya, mungkin, atau terakhir kalinya juga, aku melihat
muka-muka mereka.
Pada akhirnya, tiba waktunya
untuk kita berpisah. Selama ini, aku tidak pernah menangis untuk hal perpisahan
sekolah. Tapi, saat sahabatku memelukku, saat itu juga, tanpa dapat kutahan
lagi, air mata jatuh dan mencucuri pipiku. Air mata kesenangan, kesedihan. Air
mata rindu, penuh tanya, dan penuh harapan…
Semua temanku yang kupeluk, satu
per satu, menjatuhkan air mataku lebih deras lagi. Setiap pelukan memutar
balikkan segala kenangan, segala ingatan: yang baik, maupun buruk, dalam suka,
maupun duka - bagaikan film kehidupan yang berputar dalam imajinasiku.
Aku mengingat kembali bagaimana
dulu kita adalah anak-anak kecil yang lucu, yang tumbuh menjadi anak-anak yang
nakal. Anak-anak yang mulai berani berbohong – kepada teman, kepada guru, juga kepada orang tua.
Anak-anak yang mulai beranjak remaja dan bagaimana kita saling curhat saat
mengalami pubertas. Saat-saat aku dan teman-temanku lulus dari bangku SD,
menginjak kaki di gedung SMP sekolahku, dan hari-hari dimana kita menghabiskan
waktu bersama. Aku mengingat kembali saat-saat kita lupa mengerjakan PR, saat
kita saling menyalin PR satu sama lain di pagi hari.
Perpisahan bukan akhir dari
segalanya. Bukan sesuatu yang harus disesali atau ditangisi siang dan malam.
Karena untuk setiap perpisahan, pasti ada pertemuan. Itu gunanya manusia dan
pergaulan untuk saling berjumpa, berpisah, dan berjumpa kembali untuk saling
melengkapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar